Sayap Cahaya yang Terluka: Kisah Tragis Cinta dan Pengkhianatan di Dunia Kabut
Sejak malam itu, Elara tinggal di lembah kabut bersama Aerin. Hari-hari mereka dipenuhi keheningan yang dalam, namun penuh pengertian. Tak perlu banyak kata. Setiap malam, cahaya dari benang di punggung Aerin akan menyala, menari lembut di udara, menghapus rasa sesak yang Elara simpan sejak kehilangan keluarganya dalam kebakaran misterius di desanya.
Tapi Elara menyimpan rahasia, ia bukan tersesat secara kebetulan.
Ia dikirim.
Oleh siapa? Oleh Lior, saudara kembar Aerin yang telah jatuh ke dalam kegelapan. Lior menemukan celah: jika cahaya Aerin kembali menyala sepenuhnya, hanya dengan menghancurkannya saat paling terang, ia bisa merebut seluruh kekuatan itu untuk selamanya. Tapi untuk menyalakan cahaya itu, Aerin butuh sesuatu yang tidak ia miliki: cinta, atau harapan. Dan Lior tahu cara terbaik untuk membangkitkannya adalah melalui pengkhianatan.
Hari demi hari, Elara benar-benar mulai mengenal Aerin, bahkan tanpa disadari, mencintainya. Ia tahu ini salah. Ia hanyalah alat. Tapi hatinya mulai berkhianat pada niat awalnya. Aerin, dengan mata penuh luka namun tetap menyayangi tanpa syarat, menyentuh bagian hati Elara yang paling gelap.
Namun, waktu habis.
Di malam ke-13 sejak mereka bertemu, langit lembah bersinar terang. Benang-benang cahaya Aerin memancarkan sinar yang belum pernah terlihat sejak kepergian Lior. Saat itulah Lior muncul, dari balik kabut pekat, membawa kegelapan yang menelan apa pun yang disentuh.
“Sudah cukup,” kata Aerin, berdiri di depan Elara. “Aku tak ingin bertarung lagi.”
Tapi Lior tidak menjawabnya. Ia hanya menatap Elara.
“Lakukan,” bisiknya ke gadis itu. “Seperti perjanjian kita.”
Aerin terkejut, menoleh pada Elara. Tatapannya bingung. Tapi ia tak marah. Hanya... hancur.
“Maafkan aku…” Elara menunduk, air mata jatuh. Ia seharusnya menusukkan belati hitam yang diberi Lior ke dada Aerin. Tapi tangannya gemetar. Ia tak sanggup. Cinta yang tumbuh membuatnya lumpuh.
Namun Lior tidak butuh pengkhianatan dari tangan Elara. Cukup melihat rasa percaya Aerin dikhianati. Cahaya Aerin meledak, indah sekaligus menyakitkan. Sayapnya pecah perlahan, menjadi serpihan bintang.
Aerin jatuh ke tanah. Tersenyum tipis. “Kau tidak perlu minta maaf... Aku mengerti…”
Elara berteriak, memeluk tubuh Aerin yang mulai menghilang. “Kenapa kau tetap memaafkanku!?”
Aerin membisikkan kata terakhirnya, “Karena aku... mencintaimu... dan itu cukup...”
Saat tubuhnya lenyap menjadi cahaya kecil, lembah kembali gelap.
Lior menghilang bersama angin, kecewa karena cahaya yang ia dambakan mati bukan karena benci, tapi karena cinta.
Elara tinggal sendiri di lembah, memeluk rasa bersalah yang tidak akan pernah bisa ditebus. Setiap malam ia duduk di tempat yang sama, berharap benang cahaya itu akan menyala lagi.
Tapi tidak pernah.
#CeritaFantasi #TragediRomantis #DongengGelap #KisahCintaSedih #SayapCahaya #CeritaPendek #FantasiIndonesia #DramaFantasi #CintaDanPengkhianatan #PenjagaCahaya #CerpenTragis #LembahKabut #KarakterAerin #KarakterElara #CeritaMenyentuh #FantasyRomance #SadEnding #CeritaMelankolis #CintaYangMenyakitkan #CintaTakTerbalas
Komentar
Posting Komentar